Senin, 29 Juni 2015

SEMANGAT MEMBANGUN SAMPAI MERUSAK



Pada masa pemerintahan devenitif Bupati Kabupaten Boven Digoel dan Wakil Bupati Kabupaten Boven Digoel, menjelang pesta demokrasi Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Boven Digoel tahun 2015. Banyak memberikan dampak positif terhadap pembangunan diberbagai aspek pembangunan, di Kabupaten Boven Digoel. Semangat membangun kian menggelora diseluruh tanah air Boven Digoel, terutama aspek pendidikan, aspek kesehatan, aspek budaya, aspek sosial,aspek ekonomi,serta infrastruktur.

Semangat membangun inilah tertanam dalam masa kepemimpinan Bupati devenitif selama menjalani hidup diatas tanah adat Manusia Kombay, Koroway,Wanggom, Kowosambo,Auyu,Muyu-Mandobo. Disinilah suku-suku Papua pendatang dan non Papua turut andil dalam membangun daerah ini dengan penuh semangat, tanpa membeda-bedakan satu dengan yang lainnya. Kedatangan suku-suku Papua pendatang-non Papua diatas tanah adat tuju (7) suku besar ini sangat memberikan dampak positif diberbagai aspek kehidupan manusia diatas tanah adat tujuh (7) suku besar.
Sampai hari ini hembusan semangat tokoh pembangunan ini, dapat memberikan rasa aman, rasa damai, rasa sejahtera, rasa dihargai, rasa dihormati,semua aspek juga turut dirasakan masyarakat pribumi, masyarakat Papua pendatang dan non Papua. Namun semangat membangun pulah memberikan dampak negatif yang sangat mengerikan bagi kami manusia tuju (7) suku besar diwilayah tanah adat Boven Digoel. Rasa mengerikan adalah telah terjadi diskriminasi secara sistematis dan terstruktur diberbagai aspek kehidupan.

Dibalik semangat membangun daerah ini, ada banyak fakta-fakta kondisi riil yang tidak bisa diselesaikan dengan penuh rasa memiliki dan rasa tanggung jawab, terutama aspek kehidupan sosial masyarakat yang begitu homogen memberikan pengaruh tersendiri, terhadap kehidupan sosial yang sebenarnya sejak tete-nene moyang tuju (7) suku besar yang diciptakan oleh “Yang Maha Kuasa,” kemudian ditempatkan dibelahan bumi Boven Digoel sebagai suku-suku bangsa aslih diatas negeri ini.

Tampaknya kehadiran suku-suku lain memberikan pengaruh kurang baik, pengaruh baik, terhadap generasi aslih pribumi Boven Digoel kini dan akan datang. Tapi dampak kehidupan sosial masyarakat aslih pribumi semakin kehilangan pegangan kehidupan sesunggunya. Akhirnya semangatpembangunan juga turut merusak sendi-sendi kehidupan masyarakat tuju (7) suku besar yang mendiami tanah adat Boven Digoel. Hal ini dilihat dari aspek budaya, banyak generasi aslih Boven Digoel melupakan jati dirinya sebagai manusia seutuhnya yang diciptakan “Maha Kuasa” menurut Citra_Nya.
Maka semangat juga harus kita tempatkan pada ruang dan waktu yang tepat, tetapi kita tidak menempatkan semangat disemabarang ruang dan waktu yang akan mengganggu ketenangan aktivitas semangat membangun diberbagai aspek. Ketika kita semangat membangun sampai lupa akan aturan yang terdapat pada tiga pilar pemerintahan adalah agama,adat dan pemerintah, maka tanpa sadar akibat semangat membangun akan merusak semua kehidupan yang ada. Kendati pembangunan merupakan tujuan utama untuk mensejahterakan masyarakat aslih Boven Digoel, namun tanpa sadar semangat membangun juga dapat merusak berbagai aspek kehidupan manusia aslih Boven Digoel.

Tidak ada komentar: