Senin, 29 Juni 2015

Berbincang-bincang Dengan Pak Paulinus Mikan Di Kediamannya



Pada hari senin,01 Desember 2014, jam,01.15 (siang) waktu indonesia timur (wit). Saya bertemu dengan Pak Pendeta Paulinus Mikan didepan sanggar jualan milik mama wambon,tepatnya dikompleks kilo meter (km) 01 Distrik Mandobo,kami berbincang-bincang dengan beliau (Pak Paulinus Mikan) tentang masalah”masukan surat lamaran kerja ke kantor Bupati Kabupaten Boven Digoel,saya menghadap langsung kepada Bupati Kabupaten Boven Digoel,disana berkas lamaran kerja saya dibuang oleh Bapak Bupati Kabupaten Boven Digoel, Yesaya Merasi,S.Pd.,saya pulang kerumah sambil memeriksa berkas sembari memikirkan nasib saya,’mengapa saya terlalu bodok seperti ini?” tuturku pada Pak Pendeta Wilem Mikan.

Lebih lanjut saya mengatakan padanya, kalau saya ditolak seperti ini,tentu saja saya bodoh,makanya saya ditolak ,tapi saya lahir dan dibesarkan ditanah adat wilayah Kabupaten Boven Digoel,namun biarlah,apabilah saya diterima ditempat kelahiran, syukurlah kepada ‘Yang Maha Kuasa’ karena saya diterima,saya tidak diterimah bekerja ditempat kelahiran saya kota Kabupaten Boven Digoel juga tetap saya mengucapkan rasa syukur kepada ‘Yang Maha Kuasa’ karena saya tidak diterima bekerja di Boven Digoel, kataku pada Pak Pendeta Paulinus Mikan.”

Pak Pendeta Paulinus Mikan mengatakan,mari kita diskusikan masalahmu dirumah saya katanya. Saya bersama Pak Pendeta Paulinus Mikan menuju kerumahnya. Dikediaman beliau,disana beliau menyampaikan,diKabupaten Boven Digoel banyak yang tidak diterimah terutama khususnya kami putra-putri aslih pribumi Kabupaten Boven Digoel,tapi non-Papua yang dari luar Papua mereka diterimah,mereka datang langsung berpakaian dinas,dari luar mereka sudah mempunyai kartu tanda penduduk (KTP) sebagai penduduk aslih Kabupaten Boven Digoel.

Disinilah kekurangan kita,jadi kita yang penduduk aslih pribumi di Kabupaten Boven Digoel tidak bisa diterima,kami tersingkir jauh dari kehatangan pembangunan,kami putra-putri aslih pribumi kabupaten Boven Digoel kuliah bertahun-tahun,setelah selesai kuliah kami datang jadi penonton diatas negeri kami sendiri,katanya sambil menggumam. Lebih lanjut Pak Pendeta Paulinus Mikan menyampaikan,anak-anak aslih Boven Digoel tidak dapat mengoperasikan komputer,banyak komputer dikantor-kantor tinggal nonton manusia-manusia yang kerja dikantor dan juga banyak intelektual kita tidak bisa berbuat banyak,tidak hanya kita aslih pribumi Boven Digoel,tetapi juga mereka manusia Papua dari luar Boven Digoel, mereka banyak dicongar untuk mengikuti kemauan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD-SKPD) satu dengan yang lain,tutur Pak Pendeta Wilem Mikan disela-selah diskusi berlangsung.
Perbincangan ini berlangsung dikediaman Pak Pendeta Wilem Mikan,tepatnya di kompleks km 01 tanah merah Kabupaten Boven Digeol, diskusi atau perbincangan itu berlangsung selama ± 30 (tiga puluh) menit lamanya. Dalam diskusi itu ia menyarankan padaku agar supaya bisa terlibat dalam dunia organisasi,disitu ada ruang,tempat,untuk menyurahkan pikiran kita. Diskusi atau perbincangan ini berlangsung singkat,mengingat beliau bersama istrinya ada kesibukan rumah tangga,maka saya pamit dari hadapan mereka berdua.

Tidak ada komentar: